Pada hari yang pernah aku elak-kan untuk jadi hari yang
membahagiakan.
Ternyata setrum hari itu dayanya masih menyisa.
Bergetar. Bergemuruh. Berputar.
Bergetar. Bergemuruh. Berputar.
Hingga aku tersadar bahwa memang ada kamu didalamnya.
Bila bukan terimakasih, apalagi… dan apakah adalagi ungkapan yang lebih dari
itu. Sebab kamu menyadarkanku dan memberi arti yang aku sendiri tak sanggup
mendefinisikannya. Pada malam dimana diriku lebih berani dari yang ku
bayangkan. Kamu membuatku merasa demikian. Lagi. aku bertanya adakah ungkapan
yang lebih dari terimakasih atas itu? Bahkan pertolongan dan keikhlasan mu
begitu semu bagimu dan begitu nampak bagiku. Sehingga yang terlihat jelas
hanyalah keterbatasanku dalam menghargai diriku sendiri. Dalam setiap
gelombang suara di ujung malam. Bagiku taka ada yang tak membahagiakan dalam
lini masanya. Mendengarmu tertawa, mendengar nada namaku dinyanyikan, serta
kesunyian yang bahkan kunikmati. Semua. Semua terasa begitu menyeret hati dan pikiran serta raga yang sempat tak tersinkronisasi. Bila kenyataannya kita memang tak sekeren itu. Biarkan
pujian itu tetap kita percayai dan yakini. Agar setidaknya kita hadir untuk
saling menguatkan. Bukan untuk bergantung. Apalagi untuk saling menyakiti.
Bukan untuk itu. Aku yakin Tuhan mempertemukan garis sumbu X dan Y yang mana
itu, kita. Pun bila pada akhirnya kita akan melewati titik pertemuan, ingatlah
bahwa kita pernah berada dalam waktu yang lebih dari menyenangkan, mengejutkan,
membingungkan namun sanggup kita lalui dan simpan dalam memori.
No comments:
Post a Comment